Saturday, 14 November 2015

NAMA-NAMA PROVINSI DI INDONESIA


ProvinsiPulauSingkatan ISOIbukotaDiresmikan sebagai ProvinsiPopulasi
(BPS 2010)
Luas Total (km2)
 AcehSumateraACBanda Aceh7 Desember 19594.494.41057.365
 BaliKepulauan Nusa TenggaraBADenpasar14 Agustus 19583.890.7575.561
 BantenJawaBTSerang4 Oktober 200010.632.1669.019
 BengkuluSumateraBEKota Bengkulu18 November 19681.715.51819.789
 GorontaloSulawesiGOKota Gorontalo22 Desember 20001.040.16411.968
 JakartaJawaJKJakarta28 Agustus 19619.607.787740
 JambiSumateraJAKota Jambi9 Agustus 19573.092.26553.509
 Jawa BaratJawaJBBandung4 Juli 195043.053.73235.245
 Jawa TengahJawaJTSemarang4 Juli 195032.382.65733.987
 Jawa TimurJawaJISurabaya4 Juli 195037.476.75747.921
 Kalimantan BaratKalimantanKBPontianak7 Desember 19564.395.983115.114
 Kalimantan SelatanKalimantanKSBanjarmasin7 Desember 19563.626.61636.805
 Kalimantan TengahKalimantanKTPalangkaraya2 Juli 19582.212.089153.564
 Kalimantan TimurKalimantanKISamarinda2 Juli 19582.848.798194.849
 Kalimantan UtaraKalimantanKUTanjungselor25 Oktober 2012622.35071.177
 Kepulauan Bangka BelitungSumateraBBPangkalpinang21 November 20001.043.45616.424
 Kepulauan RiauSumateraKRTanjung Pinang25 Oktober 20021.274.8488.084
 LampungSumateraLABandar Lampung18 Maret 19647.608.40535.376
 MalukuKepulauan MalukuMAAmbon17 Juni 19581.568.29249.350
 Maluku UtaraKepulauan MalukuNUSofifi4 Oktober 19991.135.47842.960
 Nusa Tenggara BaratKepulauan Nusa TenggaraNBKota Mataram14 Agustus 19584.500.21219.950
 Nusa Tenggara TimurKepulauan Nusa TenggaraNTKupang14 Agustus 19584.683.82747.676
 PapuaPapuaPAJayapura10 September 19692.831.381309.934
 Papua BaratPapuaPBManokwari4 Oktober 1999760.855114.566
 RiauSumateraRIPekanbaru9 Agustus 19575.538.36794.560
 Sulawesi BaratSulawesiSRMamuju5 Oktober 20041.158.65116.787
 Sulawesi SelatanSulawesiSNMakassar13 Desember 19608.034.77646.116
 Sulawesi TengahSulawesiSTPalu23 September 19642.294.84168.090
 Sulawesi TenggaraSulawesiSGKendari23 September 19642.232.58636.757
 Sulawesi UtaraSulawesiSAManado13 Desember 19602.270.59613.931
 Sumatera BaratSumateraSBPadang9 Agustus 19574.846.90942.297
 Sumatera SelatanSumateraSSPalembang14 Agustus 19507.450.39485.679
 Sumatera UtaraSumateraSUMedan29 November 195612.982.20472.981
 Daerah Istimewa YogyakartaJawaYOKota Yogyakarta4 Maret 19503.343.6513.133

Thursday, 5 November 2015

AGAMA HINDU

AGAMA HINDU



Agama Hindu di Nusantara (sekarang Indonesia) dipraktikkan oleh 3% dari total populasi Indonesia, dengan 83,46% di Bali dan 3,78% di Sulawesi Tengah menurut Sensus Penduduk Indonesia 2010. Setiap warga negara Indonesia wajib menjadi anggota terdaftar dari salah satu komunitas agama yang diakui pemerintah Indonesia (Islam, Protestan, Katolik, Buddha, Hindu atau Konghucu).

Sejarah
Penduduk asli Kepulauan Nusantara mempraktikkan agama asli animisme dan dinamisme, keyakinan yang umum bagi orang-orang Austronesia. Pribumi Nusantara menghormati dan memuja roh leluhur; mereka juga meyakini bahwa sukma dapat menghuni tempat-tempat tertentu seperti pohon-pohon besar, batu, hutan, pegunungan, atau tempat suci. Entitas tak terlihat yang memiliki kekuatan supernatural ini diidentifikasi oleh suku Jawa tradisional dan suku Bali sebagai "hyang" serta oleh suku Dayak sebagai "sangiang" yang dapat berarti "ilahi" atau "leluhur". Dalam bahasa Indonesia modern, "hyang" cenderung dikaitkan dengan Tuhan, terlebih setelah era Orde Baru.

Survei DBH 2012
Organisasi agama Hindu di Indonesia, Ditjen Bimas Hindu (DBH) melakukan survei berkala melalui hubungan dekat dengan masyarakat Hindu di seluruh Indonesia. Pada tahun 2012 penelitian independen mereka menemukan bahwa terdapat 10.267.724 pemeluk Hindu di Indonesia. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) bersama dengan beberapa kelompok agama minoritas lainnya mengklaim bahwa pemerintah Indonesia mengurangi jumlah hitungan warga negara Indonesia non-Muslim dalam hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010. Sensus Penduduk Indonesia 2010 mencatat jumlah umat Hindu adalah 4.012.116, sekitar 80% dari jumlah tersebut berdomisili di Bali.

Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu_di_Nusantara

Terimakasih atas kunjungannya
Semoga Bermanfaat
Kritik dan saran sangat membantu untuk memajukan blog ini
By Admin
Salam Indonesiaku






Monday, 2 November 2015

AGAMA BUDHA


AGAMA BUDHA

 http://artikelbuddhist.com/wp-content/uploads/2011/05/waisak2552.jpg


Agama Buddha di Indonesia memiliki sejarah panjang. Di Indonesia selama era administrasi Orde Baru, terdapat lima agama resmi di Indonesia, menurut ideologi negara Pancasila, salah satunya termasuk Agama Buddha. Presiden Soeharto telah menganggap agama Buddha dan Hindu sebagai agama klasik Indonesia.Agama Buddha merupakan salah satu agama tertua yang ada di dunia. Agama buddha berasal dari India, tepatnya Nepal sejak abad ke-6 SM dan tetap bertahan hingga sekarang. Agama Buddha berkembang cukup baik di daerah Asia dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara, seperti Taiwan, Thailand, Myanmar dan lainnya. Agama Buddha kemudian juga masuk ke nusantara (sekarang Indonesia) dan menjadi salah satu agama tertua yang ada di Indonesia saat ini.


Buddhisme yang menyebar di nusantara pada awalnya adalah sebuah keyakinan intelektual, dan hanya sedikit berkaitan dengan supranatural. Namun dalam prosesnya, kebutuhan politik, dan keinginan emosional pribadi untuk terlindung dari bahaya-bahaya di dunia oleh sosok dewa yang kuat, telah menyebabkan modifikasi dalam agama Buddha. Dalam banyak hal, Buddhisme adalah sangat individualistis, yaitu semua individu, baik pria maupun wanita bertanggung jawab untuk spiritualitas mereka sendiri. Siapapun bisa bermeditasi sendirian; candi tidak diperlukan, dan tidak ada pendeta yang diperlukan untuk bertindak sebagai perantara. Masyarakat menyediakan pagoda dan kuil-kuil hanya untuk menginspirasi kerangka pikiran yang tepat untuk membantu umat dalam pengabdian dan kesadaran diri mereka.


Meskipun di Indonesia berbagai aliran melakukan pendekatan pada ajaran Buddha dengan cara-cara yang berbeda, fitur utama dari agama Buddha di Indonesia adalah pengakuan dari "Empat Kebenaran Mulia" dan "Jalan Utama Berunsur Delapan". Empat Kebenaran Mulia melibatkan pengakuan bahwa semua keberadaan dipenuhi penderitaan; asal mula penderitaan adalah keinginan untuk obyek duniawi; penderitaan dihentikan pada saat keinginan berhenti; dan Jalan Utama Berunsur Delapan mengarah ke pencerahan. Jalan Utama Berunsur Delapan mendatangkan pandangan, penyelesaian, ucapan, perilaku, mata pencaharian, usaha, perhatian, dan konsentrasi yang sempurna.






Perkembangan aliran Buddha di Indonesia


Berkembangnya lagi agama Buddha setelah kerajaan Majapahit dimulai pada tahun 1954 oleh Bhikkhu Ashin Jinarakkhita. Dia adalah Bhikkhu pertama dari Indonesia yang ditahbiskan semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit.


Bhante Ashin Jinarakkhita banyak memberikan sumbangsih kepada perkembangan agama Buddha di Indonesia. Pada tahun 1954, untuk membantu perkembangan agama Buddha secara nasional, maka didirikanlah Persaudaraan Upasaka Upasika Indonesia (PUUI), dirayakannya hari suci Waisak di Candi Borobudur pada tahun 1956, lalu pembentukan Perbuddhi (Perhimpunan Buddhis Indonesia) pada tahun 1958.


Pada tahun 1959, untuk pertama kali sejak berakhirnya era Kerajaan Hindu-Buddha Majapahit, diadakan acara penahbisan Bhikkhu di Indonesia, sebanyak 13 orang Bhikkhu senior dari berbagai negara datang ke Indonesia untuk menyaksikan penahbisan dua Bhikkhu yang bernama Bhikkhu Jinaputta dan Bhikkhu Jinapiya.


Pada tahun 1974, Bhikkhu Ashin Jinarakkhita memimpin Sangha Agung Indonesia yang berasal dari Maha Sangha Indonesia dan Sangha Indonesia yang digabungkan. GUBSI (Gabungan Umat Buddha Seluruh Indonesia) terbentuk pada tahun 1976 sebagai organisasi tunggal umat Buddha Indonesia yang berasal dari Perbuddhi, Buddha Dharma Indonesia, dan sebagainya.


Perkembangan Mahayana


Aliran Buddha Mahayana diduga datang di antara abad 1 SM hingga 1 M, istilah Mahayana ditemukan di Sutra Saddharma Pundarika. Aliran Mahayana baru dikenal secara jelas pada kira – kira abad ke 2 M, ketika ajaran Mahayana dijelaskan dalam tulisan – tulisan.


Perkembangan ajaran Mahayana di Indonesia pada umumnya terbagi atas dua yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Tridharma. Buddha Mahayana merupakan perpaduan sekte Zen dan sekte Sukhavati (unsur ke-Tiongkokannya masih kuat). Buddha Tridharma (Buddha Kelenteng)yang ada di Indonesia adalah perpaduan Buddha Mahayana dengan Taoisme dan Konghucu (Konfusianisme), yaitu budaya Tionghoa tradisi Dao Jiao, Run Jiao, dan budaya lokal. Dimana pengembangnya antara lain Kwee Tek Hoay, Khoe Soe Khiam, Ong Kie Tjay, dan Aggi Tje Tje.


Pada tahun 1978, Bhikkhu-bhikkhu dari aliran Mahayana membentuk Sangha Mahayana Indonesia yang diketuai oleh Bhikkhu Dharmasagaro. Sangha Mahayana Indonesia inilah yang mencetuskan ide pembangunan Pusdikiat Buddha Mahayana Indonesia. Cita-cita Sangha adalah menyebarluaskan ajaran Buddha Mahayana di Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia serta menerjemahkan kitab-kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Indonesia.


Perkembangan Vajrayana


Aliran Buddha Vajrayana atau juga disebut Tantrayana di Indonesia pertama kali dipelopori oleh Romo Giriputre Soemarsono dan Romo Dharmesvara Oke Diputhera pada tahun 1953 – 1956 dengan membentuk kelompok Tantrayana yang disebut Kasogatan. Kasogatan dibentuk karena dorongan untuk mengembalikan agama Buddha agar dapat meluas kembali seperti ketika masa zaman kerajaan Majapahit. Kasogatan memiliki arti dan sejarah penting dilihat dari segi kepribadian bangsa. Pada zaman Majapahit, kasogatan merupakan kata yang dipakai untuk menyebut ke-Buddha-an. Kasogatan berasal dari kata "sugata", salah satu gelar maha agung Sang Buddha yang berarti “yang berbahagia”. Ajaran agama Buddha yang berkembang pada masa itu didapat pada kitab suci Sanghyang Kamahayanikan yang dianut oleh umat-umat Buddha pada saat itu.


Kelompok aliran Tantrayana kedua ialah Yayasan Satya Dharma Surya Indonesia yang didirikan pada tahun 1987. Kelompok ini merupakan kelompok umat Tantrayana yang beraliran Zhanfo Zong, dipimpin oleh seorang umat Buddha bernama Harsono (kini bernama Vajracarya Harsono). Saat itu umat Tantrayana Zhenfo Zong berjumlah lebih kurang 200 umat, mereka melaksanakan puja bhakti dengan menumpang pada satu vihara ke vihara lainnya karena tidak tersedianya fasilitas yang tetap. Akhirnya dibentuklah Yayasan Satya Dharma Surya Indonesia dengan pembangunan sebuah vihara di daerah Muara Karang dengan nama Vihara Vajra Bumi Jayakarta sebagai tempat ibadah Zhenfo Zong pertama di Indonesia. Pada bulan Oktober 1988, semua pemimpin Yayasan Satya Dharma Surya Indonesia dengan umat Majelis Dharma Duta Kasogatan Indonesia bertemu dan menggabung kedua yayasan ini. Penggabungan ini bermaksud untuk pembauran umat secara wajar melalui agama dan sosial budaya dan terwujudnya agama Buddha yang berorientasi kepada kepribadian dan budaya Indonesia.


Dengan bergabungnya mazhab agama Buddha menjadi sangha-sangha dan majelis-majelis Agama Buddha menjadi anggota Perwakilan Umat Buddha Indonesia, maka Majelis Dharma Duta Kasogatan Indonesia berubah nama menjadi Majelis Agama Buddha Tantrayana Kasogatan Indonesia, diresmikan pada Oktober 1994 lalu berubah menjadi Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan Indonesia pada tahun 2001.


Perkembangan Theravada


Perkembangan aliran Buddha Theravada dipelopori oleh Bante Vidhurdhammabhorn (Bhante Vin). Pada saat perkembangan agama Buddha yang sedang pesatnya, Bhikkhu-bhikkhu muda ditahbiskan di Wat Bovoranives, Thailand, atas bantuan Bhante Vin. Penahbisan ini diberi izin oleh Bhante Vin sendiri, tidak melalui Bhante Ashin. Bhikkhubhikkhu yang di tahbiskan di Wat Bovoranives memiliki garis keturunan Dhammayuttika, ini berarti apabila garis keturunan berbeda, maka tidak boleh mengikuti upacara Patimokkha dari garis keturunan yang lain.


Dengan adanya perbedaan pandangan, maka pada Januari 1972, Bhikkhu – Bhikkhu yang merupakan lulusan dari Wat Bovoranives akhirnya memisahkan diri dan membentuk Sangha Indonesia, namun pada tahun 1974, Sangha Indonesia akhirnya bergabung kembali ke Maha Sangha Indonesia di bawah pimpinan Bhante Ashin. Nama Maha Sangha Indonesia diubah menjadi Sangha Agung Indonesia (SAGIN). Pada tahun 1976, Bhikkhubhikkhu lulusan Wat Bovoranives yang merupakan murid binaan Bhante Vin memutuskan keluar dari Sangha Agung Indonesia dan mendirikan Sangha Theravada Indonesia (STI).






Terimakasih atas kunjungannya
Semoga Bermanfaat
Kritik dan saran sangat membantu untuk memajukan blog ini
By Admin
Salam Indonesiaku